"Assalamualaikum, selamat datang di blog softskill saya."

Definisi, Sejarah Penciptaan, Fungsi dan Tugas Manusia

Definisi, Sejarah Penciptaan, Fungsi dan Tugas Manusia

1. Definisi Manusia
Dalam Al-Quran manusia disebut dengan beberapa istilah diantaranya الْإِنسَانِ, الناس, عبد آل, dan آدم بني. Al-Insaan (الْإِنسَانِ) berarti suka, senang, ramah, atau makhluk yang sering lupa. An-naas (الناس) berarti manusia dalam bentuk jamak. Al abd (عبد آل) berarti manusia sebagai hamba Allah swt. Dan Bani Adam berarti anak-anak Adam karena manusia merupakan keturunan nabi Adam a.s.
Banyak sekali ayat Al Qur’an yang membicarakan tentang manusia. Bahasa yang digunakan untuk menyebut manusia ada istilah pokok. Pertama, menggunakan kata An-Nas seperti dalam surat An-Nas. Kedua, menggunakan kata insan seperti dalam surat Al-Insan. Ketiga menggunakan kata basyar seperti dalam surat Ali Imran ayat 47. Dan yang keempat menggunakan kata Bani Adam dan Dzurriyat Adam seperti dalam surat Al Isra’ ayat 70.

1. Makna Kata An-Nas
Secara keseluruhan kata ini memiliki makna yang menunjukkan bahwasanya manusia merupakan makhluk sosial yang seringkali digambarkan dengan sekumpulan manusia (kelompok) yang suka melakukan mafsadah. Dalam Al Quran keterangan yang jelas menunjukkan pada jenis keturunan nabi Adam as. Jumlah kata An-Nas ada 241 dan tersebar dalam 55 surat.
2. Arti Kata Insan
Dalam Al Quran kata Insan disebutkan sebanyak 65 kali dan tersebar di 43 surat. Kata Insan berasal dari kata Al Uns. Jika kita artikan secara etimologis, arttinya adalah harmonis, lemah lembut, tampak atau pelupa. Kata insan digunakan dalam Al Quran untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raganya.
3. Arti Kata Basyar
Ditinjau secara etimologi, kata basyar memiliki arti wajah, kulit kepala atau bagian tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Kata Basyar dalam Al quran disebutkan sebanyak 36 kali yang mana ayat tersebut tersebar di 26 surat.
Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum kebahagiaan dan sebagainya. Istilah manusia “Basyar” menunjukkan makna bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya. Pada aspek ini terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih didominasi oleh bulu atau rambut.
4. Makna Kata Bani Adam
Bani Adam di sebutkan dalam Al Quran sebanyak 9 kali. Di antaranya pada surat Yasin ayat 60. Adam di dalam Al Quran mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang mengandung pengertian basyar, insan dan an-nas.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt. yang paling unik dan yang paling sempurna dimuka bumi ini. Karena Allah telah membekali manusia dengan akal dan itu membuat manusia berbeda dengan makhluk Allah lainnya. Dengan akal manusia dapat membedakan mana yang haaq dan yang bathil (mana yang pantas dan tidak pantas dilakukan). Manusia juga mempunyai keunikan tersendiri yaitu manusia tidak pernah sama antara manusia yang satu dan yang lain, baik dalam segi fisik maupun kejiwaannya. Setiap manusia unik secara fisik, maka dari itu masing-masing memiliki sidik jari yang berbeda, sedangkan dalam segi mental dan kejiwaan manusia memiliki karakter yang berbeda-beda.
Manusia diciptakan sebagai makhluk berpribadi yang memiliki tiga unsur, yaitu unsur akal (intelektual), unsur perasaan, dan unsur jasmani. Ketiga unsur ini berjalan secara seimbang dan saling terkait antara satu dengan lainnya.

2. Sejarah Penciptaan Manusia Menurut Pandangan Islam
Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah liat kemudian oleh Allah dibentuk dengan sebaik-baiknya. Setelah sempurna lalu ditiupkan ruh oleh Allah swt kepadanya kemudian ia menjadi hidup.
Hal ini ditegaskan didalam firmanNya:

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ

Artinya:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.  (Qs. As-Sajdah 32:7)

وَإِنَّ رَبَّكَ هُوَ يَحْشُرُهُمْ ۚ إِنَّهُ حَكِيمٌ عَلِيمٌ

Artinya:
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang akan menghimpunkan mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.  (Qs. Al-Hijr 15:25)

Berdasarkan beberapa uraian dalil Al-quran diatas ternyata tidak ada yang menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan dari hasil evolusi seperti apa yang dijelaskan melalui teori Darwin. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia itu berasal dari saripati tanah, kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya lalu ditiupkan ruh. Sangat berbeda dari Teori Darwin yang selama ini dibicarakan bahwa nenek moyang manusia adalah Kera.
Allah SWT berfirman,
“Dan, ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Qs. Al-Hijr: 28-29)

“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada yang menghangatkan dan berbagi-bagi manfaat, dan sebagaimananya kamu makan.” (QS. An-Nahl:5)

Dengan demikian, Allah swt menciptakan manusia langsung dari pengawasan-Nya sendiri, dan Dia juga menciptakan semua binatang/burung lainnya untuk kepentingan manusia. Kedua ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt menciptakan manusia dari lumpur dan air secara langsung, seperti penciptaan burung dari tanah liat oleh oleh Isa a.s dengan izin Allah swt. Dengan izin Allah swt, tidak diperlukan jutaan tahun untuk berevolusi. Sesungguhnya, teori Darwin tidak saja mengingkari bagaimana manusia diciptakan, tetapi juga menolak kekuasaan Allah swt dalam mencipta, karena Allah swt menyatakan bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,

 “Sesungguhnya pemisalan’Isa di sisi Allah, adalah seperti Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirmn kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran:59)

Dalam firman ini dijelaskan bahwa jika Allah swt menetapkan untuk dilakukan, mencipta, dan lain sebagainya, maka Dia hanya perlu mengatakan, Jadilah.” Maka sendirinya akan jadi, karena Dia adalah Maha Berkehendak atas segala sesuatu.

3. Fungsi dan Tugas Manusia
Fungsi Manusia, sebagai berikut:
Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi
Khalifah maksudnya disini adalah untuk mengatur dan mengendalikan segala isinya. Allah menurunkan agama-Nya sebagai pedoman hidup manusia. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang bahaya.
Didalam kehidupan bermasyarakat manusia, Allah mengadakan perbedaan tingkat. Tetapi bukan untuk ajang Si Kuat menganiaya Si Lemah, Si Kaya tidak memperdulikan Si Miskin. Melainkan, suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup Bersama melalui tolong-menolong.

Manusia Sebagai Warosatul Anbiya’
Nabi Muhammad SAW mempunyai misi mengajak dan membawa manusia dan seluruh alam untuk tunduk dan taat kepada Allah SWT, guna untuk kesejahteraan, perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut membawa trilogi hubungan manusia:
1. Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
2. Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
3. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola, pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.

Manusia Sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh keikhlasan. Semua yang dilakukan oleh manusia didalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua yang dilakukan tersebut semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.

Tugas Manusia, sebagai berikut:
Beribadah Kepada Allah Swt
Beribadah kepada Allah Swt merupakan tugas pokok, bahkan satu-satunya tugas dalam kehidupan manusia sehingga apapun yang dilakukan oleh manusia dan sebagai apapun dia, seharusnya dijalani dalam kerangka ibadah kepada Allah Swt sebagaimana firman-Nya yang artinya: Dan Aku tidak menciptakan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku (QS 51:56).
Agar segala yang kita lakukan bisa dikategorikan ke dalam ibadah kepada Allah Swt, maka paling tidak ada tiga kriteria yang harus kita penuhi.
Pertama, lakukan segala sesuatu dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt. Keikhlasan merupakan salah satu kunci bagi diterimanya suatu amal oleh Allah Swt dan ini akan berdampak sangat positif bagi manusia yang melaksanakan suatu amal, karena meskipun apa yang harus dilaksanakannya itu berat, ia tidak merasakannya sebagai sesuatu yang berat, apalagi amal yang memang sudah ringan. Sebaliknya tanpa keikhlasan, amal yang ringan sekalipun akan terasa menjadi berat, apalagi amal yang jelas-jelas berat untuk dilaksanakan, tentu akan menjadi amal yang terasa sangat berat untuk mengamalkannya.
Kedua, lakukan segala sesuatu dengan cara yang benar, bukan membenarkan segala cara. sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah Swt dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Manakala seorang muslim telah menjalankan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan Allah Swt, maka  tidak ada penyimpangan-penyimpangan dalam kehidupan ini yang membuat perjalanan hidup manusia menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Ketiga, adalah lakukan segala sesuatu dengan tujuan mengharap ridha Allah Swt dan ini akan membuat manusia hanya punya satu kepentingan, yakni ridha-Nya. Bila ini yang terjadi, maka upaya menegakkan kebaikan dan kebenaran tidak akan menghadapi kesulitan, terutama kesulitan dari dalam diri para penegaknya, hal ini karena hambatan-hambatan itu seringkali terjadi karena manusia memiliki kepentingan-kepentingan lain yang justeru bertentangan dengan ridha Allah Swt.

Khalifah Allah Di Muka Bumi
Nilai-nilai dan segala ketentuan yang berasal dari Allah Swt harus ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini. Untuk menegakkannya, maka manusia diperankan oleh Allah Swt sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi ini untuk menegakkan syariat-syariat-Nya, Allah Swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (QS. Al-Baqarah 2:30).
Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah, maka manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan, ini merupakan perkara yang sangat mendasar untuk bisa diterapkan dan tanpa kebenaran, keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan, tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan, karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi manusia untuk menjalankan fungsi khalifah pada dirinya, Allah Swt berfirman yang artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikajn kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan (QS. Shad:26).

Membangun Peradaban
Kehidupan dan martabat manusia sangat berbeda dengan binatang. Binatang tidak memiliki peradaban sehingga betapa rendah derajat binatang itu. Adapun manusia, dicipta oleh Allah Swt untuk membangun dan menegakkan peradaban yang mulia, karenanya Allah Swt menetapkan manusia sebagai pemakmur bumi ini, Allah berfirman yang artinya: Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya (QS. Hud 11:61).
Untuk bisa membangun kehidupan yang beradab, ada lima pondasi masyarakat beradab yang harus diwujudkan dan diperjuangan pelestariannya, yaitu: Pertama,  nilai-nilai agama Islam yang datang dari Allah Swt, Kedua, akal yang merupakan potensi besar untuk berpikir dan merenungkan segala sesuatu. Ketiga, harta yang harus dicari secara halal dan bukan menghalalkan segala cara. Keempat, kehormatan manusia dengan akhlaknya yang mulia yang harus dijaga dan dilestarikan. Dan Kelima, keturunan atau nasab manusia yang harus jelas sehingga dalam masalah hubungan seksual misalnya, manusia tidak akan melakukannya kepada sembarang orang.