"Assalamualaikum, selamat datang di blog softskill saya."

Review Film Dokumenter Manusia dan Cinta Kasih

Review Film Dokumenter Manusia dan Cinta Kasih

Producer
Eka Gustiwana

Director
Daniel Nimrod

Photography
Bobby Adrian

Scriptwriter
Novia Djiwana, Eka Gustiwana

Assistant Director
Jessy Silviani

Offline Editor
Daniel Nimrod

Camera Assistant
Alver Firmaz

Colorist
Bobby Adrian

Subtitle
Emil Gaffar

Line Producer
Kartika Nugraeni

Audio Recorder
Hangga Pryatama

Make-Up Artist
Ruth Uliasti

Screenplay
Kang Sur

Cast
Annov Hari Prabowo (Gerry Besar)
Fadel (Gerry Kecil)
Putri Ariesta Dewi (Tania)
Zola (Anak Gerry)
Puji (Ibu Gerry Tua)
Marini (Ibu Gerry Muda)
Firan (Ayah Gerry)
Yudi (Sales)
Jessy Sylviani (Suster Panti Jompo)

Synopsis Writer
Ahmad Dicky Fajriyansyah

Source Movie
https://www.youtube.com/watch?v=TtEi5qaGNm8

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Film pendek dari Eka Gustiwana ini saya ambil karena saya merasa tersentuh dan terharu sehingga saya akan mengulasnya untuk tugas Ilmu Budaya Dasar mengenai tema tentang “Manusia dan Cinta Kasih”.

Review Film Pendek “IBU”

Gerry adalah anak yang diceritakan mempunyai kedua orang tua yang sering bertengkar. Hingga pada suatu hari, Gerry baru saja pulang dari sekolahnya lalu ia mendengar keributan di dalam rumahnya, sepertinya peristiwa semacam itu sudah biasa bagi Gerry, tapi setelah ia mendengar bunyi pecahan kaca, Gerry langsung mengintip di pintu rumah dan melihat ayahnya tergeletak dibawah ibunya, lalu Gerry mengatakan pada ibunya, “Ibu Jahat!” seperti itulah yang terlontar dari mulut Gerry betapa hatinya sangat hancur berkeping-keping setelah beberapa lama kedua orang tuanya itu sering bertengkar hingga akhirnya ayahnya meninggal dunia dan ia harus kehilangan ayahnya selamanya.

Setelah peristiwa itu, ayahnya hendak dimakamkan. Ibunya memanggil Gerry, “Gerry, Gerry, Gerry.”, tapi Gerry mengabaikannya karena ia sangat benci pada ibunya dan menganggap ibunya adalah orang terjahat yang telah membunuh ayahnya.
Keesokan harinya, ia pulang dari sekolah. Ibunya memanggil Gerry kembali, tapi Gerry tetap mengabaikannya. Ibunya menyanyi dan menangis sambil menyetrika pakaian.

“Anakku jangan menangis..”
“Ibu kan selalu disini..”
“Lekaslah besar anakku..”
“Doa Ibu menyertaimu..”


Lalu Gerry berteriak karena ia terganggu dengan nyanyian ibunya, “Ibu, berisik banget sih!”, ujar Gerry. Ibunya mengingat masa lalu saat ia melahirkan Gerry yang saat itu sedang ditimangnya dan suaminya disebelahnya, mereka sungguh sangat berbahagia terlihat dari wajah mereka berdua yang senyum tulus menyambut kedatangan Gerry di dunia ini untuk dibesarkan.

Keesokan harinya di pagi hari, Gerry akan berangkat ke sekolah. Ia sedang sarapan dan ibunya mendatangi ia. Tapi ia berkata, “Ih, gak enak bu.”. Ibunya sontok meminta maaf kepada Gerry karena tidak sempat pergi ke pasar.

Waktu pun terus bergulir, Ibunya sudah tua. Ibunya sedang menjahit pakaian sambil bernyanyi untuk anaknya seperti biasa.

Di samping itu, Gerry akhirnya lulus dari perguruan tinggi dan wisuda. Gerry ternyata sudah mempunyai calon untuk dijadikan istrinya dan di suatu tempat ia melamar kekasihnya. Akhirnya kekasihnya menerima lamaran dari Gerry, tapi kekasihnya ingin ia dan Gerry menemui orang tua Gerry dan orang tuanya.

Gerry dan kekasihnya pun bertemu orang tua Gerry, terlihat ibunya senang sekali akan mempunyai menantu, akan tetapi sepertinya Gerry masih saja membenci ibunya.
Gerry dan istrinya sudah menikah, ia membeli rumah baru untuk tempat tinggalnya dan menandatangi pembelian rumahnya.

Keesokan harinya, mereka berdua sedang sarapan pagi. Istrinya minta kepada Gerry untuk mengajak ibunya ke rumahnya, tapi Gerry menolaknya. Tapi akhirnya, Gerry menerima permintaan dari istrinya karena istrinya begitu ingin mengajak ibunya ke rumahnya.

Keesokan harinya, ibunya sudah berada di rumahnya dan Gerry masih begitu benci dengan ibunya sampai-sampai ibunya tak disapa se-ucapkatapun.

Ibunya hendak makan, tapi sepertinya tubuhnya yang sudah renta membuatnya sedikit gugup ketika harus membawa sesuatu dan pecahlah piring makannya. Lalu, Gerry datang dan memarahi ibunya. Kemudian, istrinya yang bernama Tania itu datang dan membantu membereskan piring ibunya yang pecah itu.

Ibunya sedang sakit kakinya dan memanggil anaknya, tetapi tidak ada respon. Lalu beliau terbaring di kasur sambil melihat foto, kemudian tertidur.

Gerry dan istrinya malam itu belum pulang. Lalu, ada kawanan perampok memasuki rumahnya dan mengambil sebagian harta bendanya. Tak lama kemudian, ia dan istrinya pulang dan memasuki rumah, Gerry dan istrinya tampak kebingungan karena barang-barangnya hilang entah kemana.
Lalu, ia memasuki kamar ibunya dan membangunkan ibunya sembari memarahinya karena ibunya tidur disaat rumahnya sedang kemalingan.

Gerry begitu sangat durhaka kepada ibunya. Sampai-sampai ia berniat menitipkan ibunya ke Panti Jompo. Hal semacam ini tentunya tak patut dilakukan terhadap ibunya, apalagi ibu kandung yang sudah melahirkan dan membesarkan dirinya. Luka yang membekas di hati Gerry sepertinya tak kunjung sirna sampai tega berbuat semacam itu kepada ibunya. Sesalah apapun seorang Ibu, harusnya anaknya bisa memaafkannya.

Keesokan harinya, ia membawa ibunya ke Panti Jompo dan ia sangat angkuh langsung meninggalkan ibunya seorang diri di Panti Jompo.

Beberapa tahun berlalu, ibunya yang saat itu sedang disuapkan makan oleh pengasuh, betapa sedihnya ia terus meneteskan air matanya berulang-ulang dan tidak habis fikir kenapa hidupnya jadi seperti ini.

Suatu hari, Gerry mendatangi dealer mobil dan berniat untuk membeli sebuah mobil dan sepertinya ia sudah sukses dan memiliki banyak harta. Lalu, ia mendatangi seseorang yang dikenalnya, namanya Kang Asep, karena sudah lama tidak bertemu Kang Asep lupa dengannya, tapi ia memastikan kalau dirinya adalah Gerry. Kang Asep menanyakan kabar ibunya, tetapi Gerry mengaku sudah lama tidak bertemu ibunya. Dan Kang Asep mengatakan kepada Gerry bahwa dirinya salah besar terhadap ibunya.

Gerry mengingat kembali peristiwa dimana kedua orang tuanya sedang bertengkar hebat, ayah dan ibunya saling berdebat untuk bisa membawa Gerry. Dibalik kaca, Gerry kecil sedang mengamati ayah dan ibunya. Ia mendengar ucapan ibunya yang berkata bahwa ayahnya itu suka berjudi, mabuk, hingga menduakan ibunya. Dan ternyata yang dipikirkan Gerry selama ini salah, ternyata ayahnya meninggal karena serangan jantung saat hendak memukul ibunya dengan vas kaca bunga lalu tergeletaklah ayahnya dan ibunya menangisinya, ternyata pada saat itu Gerry salah faham karena menganggap ibunya lah pembunuh ayahnya.

Lalu ia sadar dan beranjak pergi ke Panti Jompo untuk menjemput ibunya dengan mobil yang baru ia beli. Gerry sangat menyesal karena selama ini ia begitu membenci ibunya, ia memeluk ibunya sembari menangis dan minta maaf sebesar-besarnya kepada ibunya.

Begitulah cerita sebuah film pendek dari Eka Gustiwana yang berjudul “IBU” ini, tentu banyak pelajaran penting yang kita dapatkan dari film ini.
  1. Kita memahami pentingnya orang tua. Ayah dan Ibu merupakan seseorang yang telah membesarkan kita, melahirkan kita, jangan sampai kita durhaka kepada mereka.
  2. Kita dapat berpikir positif di balik semua masalah yang ada. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, begitupun juga dengan keluarga, setiap perasaan benci kalau kita tidak pandai untuk memaafkan akan terasa sulit masalah itu kan hilang.
  3. Kita tahu pentingnya waktu. Ya, waktu tidak akan bisa diputar. Film itu mengajarkan kita pentingnya waktu, kita bisa menghargai setiap waktu yang ada. Sayangilah kedua orang tua kita, jangan sampai orang tua kita sudah tua, kita baru bisa memaafkannya. Kalau kita bisa memaafkannya, akan banyak waktu yang tersisa untuk hidup bahagia bersama ibu kita.
Dan hubungan antara Manusia dan Cinta Kasih ini agar kita bisa mencintai setiap makhluk, mencintai alam, dan mencintai Tuhan Sang Pencipta Alam.

Di dalam film ini, hubungan antara anak dan Ibu adalah suatu ikatan batin yang saling menyayangi satu sama lain.

Semoga hari ke hari, kita bisa menjadi manusia yang baik dan lebih baik lagi dan mencintai semua yang ada di kehidupan kita.

“Belajar dari kemarin.
Sekarang adalah hidup.
Besok adalah berharap.”


Sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.